RESENSI BUKU
GELAP-TERANG HIDUP KARTINI
IDENTITAS
BUKU
Judul Buku : seri
tempo: GELAP-TERANG HIDUP KARTINI
Penulis : Leila S.
Chudori
Penerbit : Gramedia
Tahun terbit : 2016
Tebal Buku : 148
halaman
ISI
BUKU
Kartini
adalah hak perempuan perjuangan kesetaraan gender, dan nasionalisme indonesia
di akhir abad ke-19. Kartini adalah kontradiksi: ia cerdas sekaligus lemah
hati. Ia menyerap ide masyarakat barat tapi tak takluk pada adat. W.R Supratman
ada benarnya ketika menyebut kartini sebagai “pendekar kaumnya”. Seorang
pendekar adalah pembela yang tak selamanya memenangi perkelahian.
Lahir
dari keluarga menak, Kartini menolak poligami-tapi menjadi korban tradisi itu.
Ketika menikahi Kartini, Bupati Rembang Adipati Djojoadiningrat adalah lelaki
tiga selir dan tujuh anak. Kartini juga lahir dari rahim garwa ampil atau
selir. Ngasirah, ibunya, adalah salah satu dari dua istri bupati Jepara RMAA
Sosroningrat. Kartini tak mampu melawan tradisi: sejak kecil ia terbiasa
melihat ibunya mlaku ndodok, ngesot, di
depan suami dan anak-anak sendiri.
Tentang
keputusannya menerima lamaran Adipati Djojoadiningrat, ia menulis kepada Marie
Ovink-Soer, istri Asisten Residen Jepara. Jalan hidupnya yang “tak konsisten”
inilah yang mengundang kritik. Penetapannya sebagai pahlawan nasional pada 1964
menimbulkan kontroversi. Sejarawan Harsya W. Bachtiar menganggapnya tak lebih
baik dari Dewi Sartika dan Rohana Kudus, yang dinilai lebih berhasil mewujudkan
impian mereka. Harsja menilai Kartini tak lebih dari “pahlawan” yang dibesarkan
Belanda.
Kartini
mendapat beasiswa ke Holland atas rekomendasi seorang anggota parlemen dan
Menteri Seberang Lautan Kerajaan Belanda. Tapi ia tidak berangkat. Atas bujukan
Jacques Henrij Abendanon, direktur di Departemen Pendidikan, Agama, dan
Industri Hindia Belanda, ia membatalkan niat itu.
Skala
pencapaian Kartini sebagai aktivis sosial memang tak masif meski tak juga bisa
diabaikan. Ia membangun sekolah perempuan meski tak besar. Ia bukan Ki Hajar
Dewantoro yang membangun Taman Siswa. Ia tak berorasi. Ia bukan pemikat massa.
Tapi Kartini bukan tak menggerakan orang.
Keutamaan
kartini sesungguhnya terletak pada hal lain: ia pemikir yang gelisah-sejak
remaja hingga akhir hayatnya pada usia 25 tahun. Ia menulis surat kepada sahabat,
yang kemudian dibukukan dengan judul Door
Duisternis Tot Licht. Ia mencatat pelbagai hal: kesetaraan gender,
feodalisme, hubungan antarbangsa. Ia bergulat dengan pemikiran, dan terseok-seok
antara dunia ide dan kenyataan. Dari sudut pandang yang ditelaah.
Kartini
menyuarakan perubahan. Ia membawa perjuangan perempuan pada fase yang baru,
tidak sekadar menuntut pengakuan tapi juga mengklaim keberadaannya dalam
kehidupan bangsa.
KELEBIHAN
Buku
yang berjudul gelap-terang hidup Kartini ini menceritakan secara lengkap
tentang kehidupan Kartini memberikan inspirasi dan pelajaran tentang kehidupan
untuk para pembacanya.
KEKURANGAN
Hampir
keseluruhan buku ini tidak ada kekurangannya.
KESIMPULAN
Dalam
buku tersebut menceritakan kisah perjalanan hidup kartini mulai dari susah,
senang, tentang perjodohan, pendidikan, sampai yang menginspirasi para pembaca.
Dari perjalanan hidupnya yang mendobrak tradisi, pantas ia mendapat sebutan
“pendekar kaumnya”. Seorang pendekar pembela yang tak harus dengan perkelahian.